25.11.08

Dia Bernama Juno ( CHAPTER 1 )

CHAPTER 1

siang itu di daearah kumuh kawasan tanah abang, tinggalah seorang bocah berusia 15 tahun bernama Juno, dia tinggal bertiga oleh ibunya dan adik perempuan berusia 8 tahun yang bernama febriana. Ayahnya seorang pejuang GAM di Aceh, di kala itu pada saat Aceh masih bersitegang dengan indonesia, ayahnya tewas oleh TNI pada saat terjadi gencatan senjata, dan oleh sebab itu akhirnya mereka sekeluarga pindah ke jakarta untuk mengungsi, mereka menyebrang ke jakarta melalui kapal barang dan sampai juga di pelabuhan merak, lalu mereka akhirnya memutuskan tinggal di daerah tanah abang, karena disanalah mereka bisa mencari kesejahteraan. Ibunya yang bernama Cut Marla atau yang biasa dipanggil Ibu cut hanyalah seorang pedagang nasi uduk keliling, adiknya bersekolah kelas 3 sd, dan bisa dibilang sekolah yang di sekolahi oleh adiknya kurang memadai untuk dijadikan tempat pendidikan, karena apabila turun hujan maka kelas itupun ikut terendam, dan demi membantu sang ibu mencari uang, Juno pun pada pagi hari menjadi tukang semir sepatu di daerah pasar tanah abang lalu siang harinya berjualan koran di perempatan lampu merah kawasan tanah abang, dan pada sore harinya dia menjadi pengamen dengan hanya bermodalkan sebuah harmonika yang ia temukan di tempat pembuangan sampah kota dekat tempat ia tinggal.

Waktu menunjukkan pukul 12.35 WIB, tiba waktunya untuk juno untuk berjualan koran. selepas membereskan barang-barang yang ia gunakan untuk menyemir dan ia simpan didalam kotak kemudian ia simpan di dalam wc umum, itu memudahkan dia untuk langsung berbegas ke agen koran untuk mengambil koran-koran yang akan ia jual.

"hoi juned, mau kemana kau?" celoteh Tupang dengan logat bataknya yang bukan lain adalah preman pasar disitu dan selalu memanggil Juno dengan Juned. "biasalah bang, jualan koran nih!" balas Juno. "ah kau, ga bisa nunggu sorean dikit apa, parah kali udara jakarta, bisa pingsan kau nanti!", Kata Tupang, "yah bang, kalo gak gini ga bisa makan bang, si Febri jg udah mau bayaran sekolah bang, bingung jg saya bang, hari ke hari makin susah, namanya jg rakyat kecil, pemerintah mana peduli, okelah bang saya pergi dulu!" balas Juno, "Dasar kau, ati2 dijalan kau ned, titip salam buat ibumu itu yah! hehe", "kalo mau titip salam, ngomong sendiri dong, ngakunya preman masa ama cewe ga berani, hahahaha" Juno berkata sambil berlari meninggalkan bang Tupang dan menembus panasnya jalanan ibukota yang memang pada saat itu benar-benar tak bisa ditolerir lagi, sebenarnya Juno lelah tapi demi uang untuk adiknya dia pun tidak memikirkan panasnya sengatan matahari.

Akhirnya setelah melewati panasnya ibukota, Juno sampai juga ke agen berkah, yang menjual berbagai macam koran dan majalah. "bang Adri, mana koran2nya?" teriak Juno kepada penjaga agen tersebut, "hoi jun, nih gua siapin, tinggal lo bawa aja tuh!" balas bang Adri. "sip makasih bang!" kata Juno, "oke, kalo bisa lu abisin semua tuh koran2 ya, kan enak kalo cepet selesai, ntr sekalian ngamen?" tanya bang Adri, "iya bang! tenang aja ama saya mah. iya nih sekalian, nih harmonikanya udah saya bawa, mau nyoba nyanyiin lagunya Peterpan yang kisah cintaku, baru dapet nadanya kemaren hehehehe" jawab Juno, "okelah hati2 dijalan nak!" Bang Adri membalas

Waktu tepat menunjukkan pukul 14.10 WIB, dimana saat itu matahari sedang terik-teriknya, dengan berkeringat yang bercucuran dengan lantang Juno berteriak "KORAN..KORAN..KORAN! 1 nya 3000, KORAN..KORAN..KORAN" tepat pukul 15.45 WIB 15 koran yang ia bawa habis terjual. Setelah beristirahat dan beli nasi bungkus, dia langsung berbegas mengambil harmonika yang sudah tersimpan manis di saku bajunya, lalu ditiup sebentar untuk membersihkan debu-debu jalanan ibukota, lalu berjalan kearah mobil-mobil di lampu merah dan mulai ditiupnya. "teettt teetttt teeeeeet teeeeeet" alunan harmonika Juno mulai berbunyi dan memainkan lagu Peterpan yang berjudul kisah cintaku. Permainan harmonika yang ia keluarkan memang sangat indah, sampai seseorang ibu dalam mobil tersebut terhenyak dalam alunan permainan harmonika Juno, kemudian Juno mulai menyanyikan lagu tersebut, alangkah kagetnya ibu yang ada di dalam mobil tersebut. "wah kamu bagus banget sih suaranya, wah saya bener2 kaget disini ada pengamen dengan suara dan permaian harmonika sebagus kamu, ini kartu nama saya, dan ini uangnya" kata ibu tersebut sambil memberikan kartu nama dan uang sebesar 50 ribu rupiah, "ugh ugh..makasih bu.. eh aduh ini gak salah uangnya?" tanya Juno dengan tidak percaya, "ngga kok, udah ambil aja, kalau bisa hubungi saya" balas ibu tersebut dan berjalan meninggalkan Juno karena lampu merah sudah kembali hijau, sedangkan Juno hanya bisa terpaku dipinggir jalan sambil melihat mobil ibu tersebut meninggalkan dia. Setelah diam 5 menit kontan dia kembali tersadar dan berteriak. "ibuuuu.... aku pulang bawa uang banyak, cihuiiii!!!", Juno bisa membayar uang sekolah adiknya yang sebentar harus segera dibayarnya..

to be continued............

No comments: